Rasa marah menghinggapi hatiku lagi. Ketika ada seorang wanita mengkritiku dengan dalih demi kebaikanku.
Kebaikanku yang mana? Apa lagi ketika kusanggah keritikan itu si-wanita tadi telah mengklaim bahwa kritikan yg ia sampaikan adalah paling benar. Dan sanggahan yg aku sampaikan tdk masuk akal. Yah, layaknya debat kusir delman yang masing masing hanya berdasar keyakinan pribadi. Dan mungkin juga telah di pertimbangkan dg rasio dan perasaan yang kadang tidak sinkron satu sama lainya.
Setelah kemarin selama 6 hari di gembleng tentang kepemimpinan. Ilmu yang kudapat masih terus aku dalami. Sedikit susah diaplikasikan ketika ada pertimbangan rasio dan perasaan yang bekerja.
Kembali ke perdebatanku dg si-wanita yang kutulis di atas tadi. Dimana dia merasa mendapatkan sesuatu dari +mantan+ pacarku, dimana perlu disampaikan +katanya+ demi perbaikanku. Aku merasa tidak sepenuhnya benar. Sesuatu yg dia sampaikan adalah buah kamaflasi atau akting seseorang yang seolah2 menjadi si-pesakitan karena ulahku kepadanya. 3 tahun yang lalu mantan ceweku bercerita bahwa dia menjadi korban atas aku yang k0n0n menurutnya tidak dapat memberi perhatian yang tulus untuknya. Tentu si wanita tadi hanya meng iyakan cerita dari mantan ceweku tersebut.
No comments:
Post a Comment