Wednesday, July 8, 2009

EMANG HARUS???part 2

Surti terhenyak melepaskan lingkaran tangan nya di pinggan tejo dan berusaha berontak melepaskan diri dari pelukan tejo. Tejo pun kaget “ kenapa sayang ??” sembari menyambar kembali tangan surti. Surti masih bersikeras dengan posisi badanya menolak sambaran tangan tejo untuk berpelukan kembali. Dia sedikit membatasi kontak fisik saat itu.
Selama ini tejo mamang sering dibuat ragu oleh tingkah surti dimana terkadang surti terlihat perhatian, terkadang dapat menunjukan rasa sayang, terkadang seperti cuek dan terasa tidak membutuhkab tejo sama sekali. Sebagai lelaki yang menyayangi surti tentu tejo sangat kangen dengan permintaan-permintaan surti. Tejo ingin sekali menjadi lelaki yang dibutuhkan oleh surti walau surti masih sering tidak berbuat demuikian.
Tejo kembali berbisik “ kamu tidak cinta aku ya sayang ??”. agaknya rasa ragu yang terpendam terhadap surti tidak bisa tertutup telalu lama. Pelan tapi pasti pertanyaan itu muncul. Surti terdiam dengan mata yang masih menunduk. Kaca lemari yang tepat berada di sisi mereka berdua selalu mengikuti gerak-gerik mereka. Seakan sedang merekam gejolak hati kedua insan yang tidak menentu itu.
“mmmm…. Kamu tidak sayang aku ya sayang??” tejo menanyakan itu kembali yang kedua kalinya. Itu adalah jurus laki-laki yang konon dikeluarkan ketika pasanganya sulit untuk diajak bermesraan. Tejo mecoba mempraktekan itu kepada surti. Entah dari mana tejo mendapatkan ide seperti itu sehingga pertanyaa tadi meluncur sampai dua kali. Kali ini pertanyaan lebih ditekankan lagi. Tejo terus menatap mata surti yang terus menunduk. Entah apa yang dirasakan surti, tejopun tidak mampu membayangkan.
sambil mengangkat mukanya surtipun mencoba menjawab “ mas tejo.. emang harus???”.
Agaknya surti tidak mau bermesraan karena memang cinta tidak harus dibuktikan dengan cara bermesraan seperti itu. Paling tidak itulah yang ditangkap oleh tejo. Satu kalimat ringkas dari surti yang memberikan gambaran betapa mulianya cara berfikir surti. Tejopun merasa perlu mengoreksi diri sendiri yang selalu terbawa emosi asmara sehingga seringkali kehilangan control apabila sedang berdekatan dengan cewe yang paling ia cintai itu. Tejo masih terbawa larut dengan cerita-teman teman dimana jika ketemuan dengan pacarnya maka akan memberikan seribu ciuman, seribu pelukan dan seribu rayuan. Seperti kalimat ringkas yang dilontarkan oleh surti tadi itu semua adalah tidak harus dan bahkan harus ditinggalkan. Tejo merasa batas-batas pacaran yang seharusnya jangan dilanggar kini mulai terlanggar dengan sedikit memeluk, mencium yang baru saja ia jalani. Dan surti adalah wanita yang berhasil mengingatkannya. Tejopun melepas semua tangan yang masih menggandeng surti dan kembali menyambar sisir di depan lemari dan segera merapika rambutnya. Kemudian sisir itupun ia berikan ke surti untuk segera juga merapikan rambuntnya yang sedikit terkoyak oleh tejo barusan. Dan mereka kembali menintin tivi dengan duduk-duduk di kasur lantai dengan santai.


Kejadian di depan lemari kaca kemarin memang paling tidak memberikan rasa mantap ke tejo bahwa keraguan yang selama ini dia alami terhadap surti mulai pudar. Dia semakin mencintai surti saja. Hari demi hari dan bulan demi bulan mereka jalani dengan pacaran ala kadarnya. Tidak ada cium tidak ada peluk walau terkadang ditengah bercanda yang menggemaskan tejo sering nylonong nyubit pipi surti. Surtipun menolak dengan sedikit meronta walau tenaga tejo terlalu kuat untuk seorang surti.
Tiga bulan telah berlalu hampir setiap dua hari seminggu tejo bertandang ‘apel’ ke rumah surti. Mula-mula sambutan surti masih cukup hangat dengan didampingi segelas kopi bikinan surti. Terkadang surti menawarkan teh botol atau apa saja sebagai hidangan atas kedatangan tejo. Kini rasa ragu tejo mulai menyeruap kebali. Surti tidak sehangat yang dulu. Tejo mncoba mengoreksi diri dan meminta bantuan tuti temen surti untuk memberikan saran bagaimana seharusnya dan apa sih yang diinginkan oleh surti.
“mas tejo tau gak?? Surti itu sebenarnya kepengin mas tejo memberikan perhatian yang lebih. Coba deh saya saranin beri dia perhatian lebih extra lagi” ungkap tuti suatu hari ketika tejo menanyakan kepada tuti apa sebenarnya kemauan surti.
Bahkan tejo merasa pernah sangat kecewa ketika melihat fotonya yang biasa dipajang oleh surti tepat diatas tivi surti kini sudah tidak ada lagi. Foto itu entah kemana rimbanya. Dan denger-dengar dari cerita tuti bahwa suatu ketika surti pernah menangis sendirian sambil menyobek-nyobek foto yang tak berdosa itu. Tejo pun kaget kenapa mesti foto itu yang disobek-sobek??. Apakah ini yang disebut dengan surti memang tidak mencintai tejo?? Wah bahaya besar kalo demikian sebab tejo sudah sangking cinta matinya terhadap surti. Bahkan saudara sekampung sudah mengetahui bahwea tejo sudah punya cewe idaman, surti... cewe cantik dari jogja.

ACARA PABRIK
Sebagai seorang karyawan pabrik kala itu tejo masih mendapatkan jatah liburan ke luar kota dari perusahaan tempat ia bekerja. Perusahaan memilih suatu tempat di bandung sebagai tempat rekreasi karyawan. Tak lupa sepasang boneka kucing mungil dia beli sebagai oleh-oleh untuk surti wanita yang ia cintai. Boneka kucing tersebut dikemas dengan anyaman rotan dan diberi gantungan. Jika dilihat seakan-akan ada dua ekor kucing kecil yang lucu yang berada dalam keranjang. “Sungguh lucu boneka ini seandainya di taruh diatas lemari tivi surti “gumam tejo. Tanpa ragu dia membayar boneka itu dan segera berkonsultasi dengan mba sri temen kerjanya untuk membeli tas kecil yang rencananya akan dia berikan ke surti. Yah sebuah tas kecil terbuat dari anyaman entah daun apa tejopun tidak tahu. Dan keranjang kecil berisi dua buah boneka boneka kucing. dia berencane memberikan ke pada surti.

Acara liburan pabrik selesai, bis-pun meluncur dari arah bandung menuju Jakarta tempat kerja mereka berdua. sepulang dari rekreasi tejo langsung bergegas mandi dan merapikan oleh-oleh yang sudah ia siapkan untuk surti.

“Assalamualikum…” tejo segera mengetuk rumah surti. Dibukanya pintu. Surti yang sudah rapi meyeruap dari balik pintu. Maklum surti agaknya sudah pulang kerja semenjak sore tadi. Sedangkan tejo baru pulang dari rekreasi dibandung selepas isa barusan.
“waalaikum salam…” jawab surti.
“Sayang... aku punya oleh-oleh buat kamu sayangku” kata tejo penuh antusias seakan-akan ingin menunjukan ke surti bahwa iapun bisa menjadi cowo yang perhatian.
Disodorkanya sepasang boneka kucing beserta dengan keranjangnya. “sayang ,,, bonekanya ditaruh dimana yang biar bagus “ kata tejo memancing antusias surti yang dari tadi terlihat pasif. “di atas meja tivi aja mas, pasti cakep....” kata surti.
“Nah kalo tas ini kayaknya bisa deh buat dibawa kerja” tejo menyabung ucapanyya. Kemasan plastic yang tersimpan rapi yang dibawa tejo segera dibuka dan memberikan isinya kepada surti. “ wahhh makasih…” kata surti. Rasa gembira surti membuat tejo lega. Dia menganggap bahwa dia kali ini mampu memberikan perhatian ke wanita yang ia cintai. Walau mungkin para ahli pemain watak dapat membedakan apakah surti benar-benar senang atau hanya menutupinya karena kaasihan terhadap tejo. bahagia dalam ilusi.
Dimata tejo surti sudah cuku bahagia. Dan malam itu mereka saling betukar cerita tentang tempat rekreasi yang baru saja dikunjungi.

Tiga hari kemudian tejo kembali main dalam rangka meng”apel”i gadis pujaanya itu. Betapa kaget tas yang ia beli kemarin ternyata tidaklah bernilai istimewa di mata surti. Tuti temen surti malah merasa sayang dengan tas yang katanya dibiarkan saja. Tuti menggunakanya untuk wadah lipsik dan perlatan yang biasa digunakan untuk bekerja.
Sebenarnya hati tejo hancur. Tetapi dia tidak mampu melukiskanya dengan kata-kata dan dia pun tidak akan menyampaikanya ke surti tentang itu. Dua buah boneka kucing itu terdiam melihat majikan yang telah membelinya terlihat kecewa. Sayang sekali dia hanya boneka. Seandainya dapat berbicara pasti boneka itu akan memberikan masukan-masukn baik ke tejo maupun surti


to be continued

No comments:

Post a Comment