Monday, January 25, 2010

JALAN PANJANG YANG BELUM BERAKHIR 2

Langkah yang berat

Pagi itu Dani sudah bersiap siap pergi ke pabrik tempatnya bekerja. Sederet agenda sudah ia siapkan di tempatnya bekerja. Mulai dari persiapan adanya marketing dan teknisi dari luar yang konon akan menawarkan produknya yang berupa termometer digital. sampai agenda rutin yang hanya melakukan pengecekan laboalatorium di tempat ia bekerja. Motor yang sudah beberapa hari tidak dicucipun selalu setia menemaninya. Bahkan konon dengan motor kesayanganya itu dia sudah berhasil menjelajahi kota bekasi dan jakarta. Motor itu sudah terlihat sangat kotor. Maklum jalanan di kota memang sedang becek karena musin hujan. Yah .. seperti biasa tiap awal tahun adalah bulan-bulan dimana sangat dipenuhi dengan hujan yang turun di jakarta dan sekitarnya. Pelan tapi pasti motor itu mulai dijalankan. Sesampainya dipabrik Dani langsung masuk ketempat kerjanya. Sebuah meja yang kotor dengan sampel-sampel permen yang menumpuk di meja rupanya sudah menunggu untuk dibersihkan. Dia membersihkan sejenak dan merapikkan beberapa sampel tersebut. Untuk kemudian dia berjalan mengelilingi area produksi. Dilihatnya beberapa mesin yang sedang beroperasi. Kesibukan teman-teman yang sudah menjalankan mesinpun terlihat. Suara bising dengan suara riuh pembicaraan para karyawanpun menjadi satu. Semua terlihat berinteraksi satu sama lainya. Masing-masing seperti sudah hafal tentang apa-apa yang akan dilakukanya.
“selamat pagi pak ..” celetuk salah seorang karyawan dengan senyum yang ramah ke arah Dani. Danipun membalas dengan sapaan yang sama. Ternyata dia adalah salah seorang operator mesin yang saat itu melintas untuk mengambil sesuatu yang ada di dekat Dani. Dani disana ternyata adalah seorang yang sudah di tugaskan menjabat sebagai seorang kepala labolatorium. Tiap hari pekerjaan Dani adalah berkisar meganalisa sampel-sampel harian. Dan tiap akhir minggu dia diwajibkan melaporkan pekerjaannya tersebut ke atasanya.
Dani terus melangkah ke area produksi. Sesekali matanya yang tajam melongok ke tanki-tanki mesin dan beberapa alat-alat kerja yang terpasang disana. Dilihatnya dibagian depan area packing permen sudah terlihat. Riuh kesibukan karyawan yang sedang membungkus permen ke dalam kemasanya masing-masing. Diujung sebelah timur terlihat lelaki setengah baya sedang asyik menyusun karton-karton yang sudah berisi permen yang dikemas dalam toples. Kemudian tepat dibawah lampu merkuri gantung juga dilihatnya seorang lelaki muda dengan pakaian kerjanya menarik segeluntungan plastik. Dani mendekati sejenak, ternyata plastik tersebut berisi puluhan gelas plastik yang dijadikan bonus untuk hadiah di setiap karton permen yang ada. Yah ini adalah strategi perusahaan untuk mendongkrak pemasaran kali ini dengan program-program yang sedang ditawarkan.
Seorang wanita muda dengan menggunakan jilbab berwarna abu-abu sedang asyik memasukan permen-permen yang sudah disiapkan ke dalam toples. Kemudian setelah toples itu penuh dengan permen dia memberikan ke rekan yang ada di sebelahnya untuk kemudian ditutup dan dimasukan ke dalam karton. Sekilas wanita muda tersebut terlihat tidak ada yang istimewa. Tetapi Dani merasa ada yang berbeda. Dani melihat dengan lebih detail dari kejauhan ke arah wanita muda tersebut. Dengan dalih mengontrol pekerjaan mereka, Danipun mengamati detail wajah perempuan muda tersebut. Tampak jelas perutnya yang sedang hamil tua mengundang rasa kasihan pada Dani. Seharusnya perut yang sudah besar seperti dia beristirahat. Mungkin suaminya begitu tega terhadap perempuan tersebut. Tetapi mungkin juga si perempuan tersebut adalah sesosok wanita yang tidak mau berdiam diri di rumah sehingga dia lebih suka bekerja ketimbang duduk dirumah menunggu suaminya yang sedang bekerja.
Ada yang tampak lain dari perempuan tersebut. Wajahnya terlihat lugu. Manis dimata Dani. Tetapi Dani tidak mau terlalu jauh terbawa pada memorinya. Agaknya perempuan tersebut memiliki paras yang mirip dengan mantan pacar Dani dua tahun yang silam. Seorang wanita yang berhasil mengetuk Dani dua tahun yang silam kini teringat kembali. Wanita muda yang berada di hadapanya yang konon bernama eni membuka memorinya.
“ mba.. kok tidak beristirahat saja mba, kasihan kandungannya “ celetuk Dani basa-basi dengan eni tersebut. Enipun hanya menjawab “ iya mas, kata dokter saya suruh beraktifitas seperti biasa aja “.
Setelah beberapa saat di area tersebut Dani kemudian kembali ke labolatorium untuk melanjutkan pekerjaanya di sana.

Pulang
Jam sudah menunjukan jan 11 malam. Tetapi Dani belum dapat memejamkan matanya. Diingatnya perempuan yang tadi siang masih berjibaku dengan pekerjaanya. Dani merasa kasihan denganya. Tak disadari Danipun merasa iba. Dia membayangkan seandainya dia adalah sesosok Mita tentu Dani tidak akan membiarkanya bercucuran keringat di tempat kerjanya. Memang Mita adalah wanita yang 2 tahun lalu lebih memilih cowo lain ketimbang memilih Dani, dan sungguh dimata Dani paras eni yang sedang hamil tua tersebut sangat mirip mita. Tapi sesosok mita yang memorinya kembali terbuka di ingatan Dani kini tidak jelas entah dimana. Mungkin juga Mita telah berkeluarga dan sudah memiliki kehidupanya sendiri. Atau malah mungkin juga Mita telah pulang ke kampung halamanya yang jauh di sana. Bayangan Dani menerawang jauh. Dibukanya handphone untuk mencari apakah masih ada foto mita disana. Ternyata tidak. Dulu dia pernah berusaha menutup memori tentang Mita dengan cara manghapus no hape Mita, nomor kantor tempat bekerja dan juga menghapus foto-foto yang ada di ponselnya. Termasuk foto-foto yang waktu itu tersimpan di kamera digitalnya. Semua dihapus dengan tujuan agar memorinya tidak terbuka kembali. Tetapi kenapa pada kali ini malah memori tersebut terbuka kembali ketika dia melihat sosok wanita yang sedang mengandung?? Ini artinya memang wanita tersebut sudah tidak mungkin lagi menggantikan posisi Mita di ingatan Dani. Yah si Eni seyogyanya hanya cerita lalu yang tidak boleh singgah terlalu lama di mata Dani. Dia tidak boleh terlalu lama mengganggu memori Dani. Dan Danipun sadar Eni hanya pemicu ingatanya akan mita. Dia hanya berandai-andai dan tanpa sadar diapun manata sebuah kata-kata yang dia tulis di lembaran balik bekas struk belanja di sebuah mini market yang masih kosong.

Seandainya….

Seandainya air mata tangismu adalah airmataku
Seandainya rasa sakitmu adalah sakitku
Seandainya tangis bahagaimu adalah senyumku
Seandainya malam lelap tidurmu adalah adalah teman mimpiku

Seandainya .......
Seandainya dikala lelap tidurmu aku dapat membelai rambutmu
Seandainya kau yang mengoreksi pakaianku ketika berangkat kerja ke kantorku.
Seandainya pula baju rapiku adalah buah dari setrikaanmu….

Seandainya…
Seandainya aku yang paling merasa kasihan kepadamu ketika langkahmu yang berat karena kandungan anak dikehamilan tuamu
Seandainya pula aku orang yang paling kau harapkan kehadiranya ketika kau sedang berjuang melahirkan anakmu
Dan seandainya hatimu itu paling tenang ketika dikala sakit bersalinmu terdapat kehadiranku
Dan seandainya pula aku orang yang paling bahagia ketika mendengar tangis bayi keluar dari rahimmu

Seandainya…
Seandainya kau merasa aku adalah kau dan juga kau adalah aku.
Seandainya..
Seandainya kau ditakdirkan menjadi istriku.. kubayangkan hidupku akan sangat bahagia denganmu.

Bekasi, 22 januari 2010

Setelah pena berwarna biru tersebut selesai menggores halaman kosong kertas putih bekas struk belanja, kertas itupun terlepas dari tangan Dani dan Dani mulai tertidur. Kertas itu ikut melayang bersama hembusan kipas angin yang memang sudah dari tadi dinyalakan. Udara Bekasi yang panas menuntut Dani terus tidur dengan kipas angin yang selalu diputarnya.

No comments:

Post a Comment