Saturday, December 20, 2014

Sebuah Kisah Nyata di Kepolisian


Kejadian terjadi di pertengahan Desember 2014 di jakarta. nama dan tempat dibuat tidak spesifik agar tidak terkesan judgment.
Suatu hari joko bukan nama sebenarnya berkeinginan untuk melaporkan ke kantor polisi terkait kartu jamsostek yang hilang. Laporan kehilangan ini akan digunakan untuk mengurus administrasi ke jamsostek ( BPJS ). Saat kejadian pelaporan, karena joko hampir tidak pernah ke kantor polisi dia pun terlihat bingung dan tengak-tengok kiri kanan karena ingin mengenali situasi layaknya orang yang baru masuk ke tempat baru.

Joko : (^%)( bingung masuk $%^kantor polisi @#@#)(^%)
Selamat sore pak... mau laporan kehilangan kartu jamsostek dimana ya pak?
Polisi : Oh iya disini, ( sambil menunjuk meja dan ruangan tertentu )

selanjutnya polisi mengenakan kaca matanya dan mengklik sesuatu di komputernya..

Polisi : KTP kamu mana ?
Joko : Ini pak
…. berlanjut polisi mencatat data laporan nama pelapor, nomor kartu jamsostek , alamat kerja, alamat rumah dan lain-lain. Singkat cerita di print lah laporan kehilangan kartu jamsostek..

Polisi : ini... ( memberikan hasil print laporan kehilangan )
Joko : dengan gugup menerima laporan dan harap harap cemas menunggu apa kata pak polisi selanjutnya. Jokopun memberanikan diri bertanya “biaya administrasi mbayarnya dimana pak ?? “
Polisi : menyodorkan laporan kehilangan sambil menggoyang-goyang telunjuk jarinya... bagi joko ini mungkin diartikan mbayarnya ke sini, ke tangan pak polisi yang abis bikin laporan ini.

Joko : masih dengan gugup membuka dompet dan menyelipkan uang 5000 perak.
Polisi : Apaan ini!!!! segini duit apaan??? ( Duit 5000 di lempar ke dekat monitor komputer)
Joko : Maaf pak, biasane pinten pak ?? estu kulo mboten ngertos biasane? ( joko lanjut menggunakan bahasa jawa halus sebagai tanda hormat dan sopan karena yakin dari logat dan namanya polisi itu orang jawa )
Polisi : hmmmm BBM kan naik mas, masa segini!! ( polisi tidak mau menyebut nominal )
Joko : nggeh ngapunten pak . kulo kan mboten nate teng kantor polisi dados mboten ngertos biasane pinten ( mbayarnya ). ( kembali joko mengambil 5000an yang tadi dilempar ke dekat monitor dan dia buka dompetnya lagi. Ditambahkan lagi 5000 sehingga jadi 10000. dengan sopan joko menyodorkan ke pak polisi. “ Pak menawi sakmenten pripun pak ??”

Polisi : menerima duit dan terdiam...
Joko : Pripun pak???
Polisi : masih terus terdiam.....
Polisi lain di meja seberang berteriak : Kasih seribu saja mas !!! ( polisi ini ngomong sambil bernada bercanda )

Polisi : “kamu iklas kan?? “
Joko : “Nggih pak...”

Dari cerita ini pak polisi sebagai aparat pemerintah pelayan masyarakat seyogyanya tidak ada aktifitas melempar uang 5000-an. Hal ini dapat diartikan macam–macam oleh masyarakat. Apalagi dengan menyebut nyebut BBM naik sebagai alasan beliau melempar 5000an. Seandainya ini tarif resmi, tulis saja transparan “ BIAYA ADMNISTRASI RP 10.000 “
tentu masyarakat tidak dibuat bingung dan menebak nebak. Buruknya lagi citra aparat yang nantinya dipertaruhkan di mata masyarakat karena persepsi yang dibentuk.

Harapan saya, agan agan yang berurusan dengan pak polisi mungkin harus pelajari dulu kebiasaan bagaimana. Salah salah nanti kita disangka rakyat tidak tau tata krama. Pak polisi kalau memang ada tarif kami masyarakat tidak keberatan kok yang penting transparan dan jelas.
Karena jujur kami butuh kepolisian karena kepada kalianlah kami butuh pengayoman. Kepada siapa lagi kalau bukan ke aparat kepolisian.

Selamat bertugas pak polisi....

Cerita diatas di adaptasikan dari pengalaman joko, dialog dan setting tidaklah sama persis karena keterbatasan daya ingat joko dan kemampuan penyusunan kata dalam menulis oleh si penulis.

Om mimin dan momod … makasih yah ane baru sempet bikin trit lagi....

Toko flasdisk memory aman ;

No comments:

Post a Comment